Day 11 - Keputusan
Hai!
Aku kemarin bolos lagi. Bukan bolos sih, hanya ada beberapa kendala yang menyebabkan aku tidak sempat menulis. Tapi, tara! Aku nulis dobel hari ini! Hehe.. :D
Hmm.. Tentang keputusan. (Bukan keputus-asaan XD )
Begini, dalam hidup setiap manusia, setiap orang tentu pernah membuat keputusan. Ah, bukan pernah. Sering malah. Setiap hari. Bahkan pagi-pagi setelah bangun tidur pun kamu memutuskan akan mandi dulu atau bersih-bersih rumah dulu, mau makan apa pagi itu, mau memakai baju apa untuk kuliah nanti, mau olahraga sebentar atau langsung mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Kita membuat keputusan setiap harinya. Bahkan di situasi dan keadaan tertentu, kita membuat keputusan besar. Bukan hanya keputusan sepele yang efeknya hanya sepersekian dari tamatnya riwayatmu.
Setiap orang juga pernah membuat keputusan besar. Khusus yang ini, aku bilang "pernah" karena intensitas pembuatan keputusan besar setiap orang berbeda. Ah, terserahlah banyak atau sedikit, yang penting setiap keputusan yang diambil pasti sudah dipertimbangkan si empunya.
Jika kau tiba-tiba melihat orang yang membuat keputusan (yang menurutmu) benar-benar bodoh, bukan berarti orang itu dungu. Dia punya pertimbangan dan alasannya sendiri. Dan kamu tidak tahu itu. Dan dia tidak merasa kamu berkepentingan untuk tahu alasannya. Jadi dia tidak memberitahumu. Dan sekalipun kamu memintanya memberitahumu, kadang ia tidak memberitahumu yang sebenarnya. Bisa jadi karena takut riya', tidak ingin mendengar pendapatmu, atau bahkan karena malas saja. Hahaha..
Percayalah padaku, semua itu nyata terjadi.
Pernah aku mendengar cerita seorang laki-laki pada zaman kekhalifahan (kalau tidak salah), seorang laki-laki meninggal dan orang-orang tidak ada yang mau meshalatinya. Kenapa? warga bilang kalau lelaki itu pemabuk. Gemar meminum minuman keras. Setiap hari dia menghabiskan uangnya untuk memborong semua minuman keras yang ada di toko. Itulah menurut cerita orang sekampung. Khalifah pun penasaran dan bertabayyun (crosscheck), atau menanyakan kebenarannya pada istri lelaki tersebut dengan mendatangi rumahnya. Sambil menangis sesenggukan, sang istri bercerita bahwa suaminya memang suka memborong minuman keras dari toko, dan setiap malam hari, ia menumpahkan dan menyiramkannya ke lantai (tanah) dalam rumahnya. Apa tujuannya? Agar orang lain tidak ada yang dapat lagi membeli minuman keras di toko karena kehabisan stok. Dengan kata lain, lelaki itu mencegah orang lain melakukan kejahatan dengan caranya sendiri. Dia tidak peduli orang lain mau mengatainya apa, karena dia punya Allah yang tahu semuanya.
Aku yakin, kalian pasti tahu apa hikmah yang bisa diambil serta hal apa yang dapat dijadikan renungan. It's okay, merenunglah sekali-sekali. :)
Jangan jadi pengecut.
Atas segala sesuatu yang orang lain kerjakan, ambillah sikap prasangka baik dan tidak menghakimi. Sudah tahu hukum berprasangka buruk, kan?
Nah.. Jadi aku tidak perlu menjelaskannya lagi.
:P
Salam.
Alvi Rosyidah - @lvrose_
Komentar
Posting Komentar