Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)
Pic: Pascal Campion
Jangan
menilai buku dari sampulnya
Jangan
menilai tulisan dari judulnya
Hahaha..
Sudahlah, baca aja isinya! XP
Indonesia
sedang heboh-hebohnya penerimaan mahasiswa baru baik di perguruan tinggi negeri
maupun swasta. Tak kalah, di media sosial pun demikian. Postingan foto para
mahasiswa baru membanjiri feed instagramku. Ada yang mengupload foto dengan
frame khusus jurusan yang mereka ambil di universitasnya, berpose di depan
gedung fakultas yang kelak mereka datangi selama kuliah, dan lain sebagainya.
Termasuk juga foto dengan mengenakan jas almamater barunya. Well, sah-sah saja
berfoto dengan segala luapan keceriaan dan apa yang baru mereka peroleh tahun
ini. Tapi….., ada tapinya. :3
_______________________
Tahun lalu,
ketika saya baru memulai langkah saya sebagai mahasiswa di salah satu
universitas di Kota Malang, jujur saya merasa sangat bersyukur karena diterima
di bidang kesukaan saya, pendidikan berbumbu sastra. Dengan kebahagian yang
tidak ada habisnya jika diceritakan, saya memilih diam. Saya tidak ada pikiran
untuk mengupload apapun yang menggambarkan perasaan saya saat itu. Berfoto
dengan jas almamater pun rasanya malu. Entah kenapa.
Setelah masuk
perkuliahan, tentu saja saya berkenalan, bertukar cerita dengan teman-teman
sekelas. Banyak yang bercerita bahwa beberapa teman satu SMA-nya tidak lolos
SNMPTN, SBMPTN, maupun Mandiri. Istilah yang banyak orang pakai : gagal.
Dari sana,
saya bersyukur waktu itu tidak mengupload foto apa-apa di media sosial terkait ‘masuk
perguruan tinggi’. Kenapa? Monggo ditebak. wkwk
Sekitar
sepekan perkuliahan berjalan, saya menyadari ada teman sekelas saya (sebut saja
Ya’juj *ups XD ) tidak hadir sejak hari ketiga (kalo ga salah). Usut punya
usut, dia terdaftar sebagai mahasiswa di dua universitas. Ya, dia sudah
semester 3 di universitas sebelah. Anehnya, dia megambil jurusan yang berbeda
dengan yang dia ambil di universitas saya. Yasudahlah, terserah dia. Hanya
saja, saya tidak habis pikir apa manfaat yang dia peroleh dengan kuliah di dua
universitas jika akhir-akhirnya dia resign
dari salah satunya? Alih-alih membuktikan bahwa dia bisa menaklukkan dua
universitas, dia malah mengurangi jatah kursi mahasiswa yang berhak menduduki
bangku perkuliahan. (Ingat temannya teman-teman saya yang gagal melalui 3 jalur
masuk diatas, kan?)
Itu hanya
satu contoh sederhana. Okelah teman saya hanya satu yang resign (sepertinya dua). Tapi itu hanya dalam satu kelas. Lha di
seluruh jurusan? Fakultas? Universitas? Indonesia? Yakin gak ada yang lain?
Saya nggak
begitu paham apa makna kata ‘kemaruk’
dalam Bahasa Jawa, tapi kedengarannya istilah itu cocok untuk mereka-mereka
yang asal-asalan memainkan masa depan dan merebut apa yang seharusnya BISA
dimiliki orang lain demi kepentingan dan sikap ‘tanpa pikir panjang’ mereka.
Who knows (?) :/
Nah,
bayangkan jika kita berada di posisi mereka. Katakanlah keadaan kita miserable banget, kondisi kejiwaan ga
bagus, ga lolos ini itu, ga kebagian jatah kursi perguruan tinggi, lalu scroll
feed instagram, facebook, twitter, tumblr, pinterest, tokopedia (whoops! :3 ),
dan kawan sebayanya, lalu banyak menemui post yang beraroma “YEY! AKU MASUK
UNIVERSITAS XXX!!”, atau bahkan “ALHAMDULILLAH YA ALLAH, HAMBAMU YANG HINA INI
BERHASIL MASUK UNIV XXX. SEMUA INI BERKAT RAHMATMU DAN KASIH SAYANGMU PADAKU. SEMOGA
AKU BLA BLA BLAHH……”
Meskipun
dengan bumbu kalimat syukur dan sebangsanya, mereka yang dalam kondisi kejiwaan
tidak stabil tersebut pasti peka (meskipun tidak hanya mereka), apa maksud si X
posting seperti ini, kenapa si X mengunggah caption dan foto sedemikian rupa,
dsb, dsb.
Terlebih
ketika ada yang posting foto mengenakan almamater universitas idamannya.
Wuiiih!! Sakitnya tuh here, there, and
everywhere! (itu judul lagu The Beatles, btw XD )
Mereka-mereka
yang posting begituan mungkin bisa beralasan “Lah dengan begitu kan saya bisa
memotivasi mereka (untuk menjadi seperti saya)”, atau “Lah, saya gak bermaksud
pamer kok. Namanya juga media sosial, share apapun boleh dong, sesuai perasaan
saya, dan apa yang saya ingin bagikan.”, and so on, and so on. So long. -_-
Hmm.. Well,
media sosial sih media sosial. Tapi etika
dan tingkah laku juga harus diperhatikan. Katanya ‘berbahagia diatas kesengsaraan orang lain itu ga boleh’ kan? Ampun
deh. Kalo ada maunya aja quote itu
dipake. Kalo lagi liat dia nikah
sama dia, misalnya. #BHAKS! XD
wkwkwkkwkw *maafngelantur. -_-
Nah. Mereka
bukannya kurang pinter ato apalah, hanya kurang beruntung (dalam artian bejo-bejo-an),
yang TENTUNYA, bakal diganti sama Allah dengan yang benar-benar baik buat
mereka. Allah ngerti semuanya kok, apa yang kita inginkan sekaligus apa yang
terbaik buat kita. Just believe it!
Dan kita
sebagai manusia yang diciptakan sempurna
KESELURUHAN, memiliki akal, hati, dan --- bermoral, sebaiknya kita gunakan
sumber daya itu dengan bijak. Respect
dikit lah sama orang lain. Kalo alasannya untuk motivasi bagi temen yang ‘gagal’
tersebut, paling enggak jangan di hari H postingnya. Tunggu sampai mereka menenangkan
jiwanya, meredakan emosinya, meluruskan niat tekadnya, dsb. Postinglah
kira-kira dua semester kemudian, saat mereka akan bertempur lagi di medan
seleksi. Mereka juga manusia guys, butuh waktu untuk segalanya. Ketahuilah,
move on gak segampang yang kamu bayangkan. Apalagi move on dari universitas
impian. *Huft.
Heei
kawan-kawan yang Muslim, ingat cerita tentang Nabi Yusuf yang bermimpi melihat
bulan matahari bersujud padanya? Ketika itu, Nabi Yusuf menceritakan mimpinya
pada ayahnya (Nabi Ya’qub) :
“Wahai Ayah! Sesungguhnya saya
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan rembulan. Saya melihat semuanya
bersujud kepada saya” {Yusuf (12) : 4}
Setelah itu,
apa yang dilakukan Nabi Ya’qub? Membanggakan anaknya itu? Mengoar-koarkan pada
semua orang?
Kalla.
Tidak. -_-
Nabi Ya’qub
justru menyuruh Yusuf kecil untuk merahasiakan mimpi tersebut dari
saudara-saudaranya. Mengapa? Tak lain dan tak bukan adalah demi menghindarkan saudara-saudara Yusuf lainnya
dari iri dengki. Nah loh, Nabi Ya’qub bahkan sudah memberi kita contoh
bagaimana harus bersikap. Apakah kita sudah bersikap sesuai teladan yang telah
diberikan?
Jika kita
sibuk mengoreksi saudara kita yang iri dengki dengan dalih (read : dalil) ini itu, lantas kapan kita mau berbenah? Mau main
pingpong terus? Kapan mau maju?
Okelah,
orang yang iri/dengki itu salah. Tapi bagaimana dengan yang membuat / yang memancing iri dengki? Benar?
Okelah,
orang yang su’udzon itu salah. Lantas
bagaimana dengan yang membuat su’udzon?
Benar? (Dikutip dari perkataan guru PKn semasa SMA).
Well, setiap
manusia memang pernah salah dan lupa, tapi jangan jadikan itu sebagai alasan
pembenaran atas perbuatan yang kita lakukan. Saling introspeksi, nggak perlu
berbantah-bantahan, kemudian cukup ambil cermin. Berkaca.
Ingat ya guys, hidup kita nggak berhenti cuma di
dunia saja. Alam lain sudah disediakan, menanti kita. Mending nggak kena
seleksi perguruan tinggi. Nggak kena seleksi masuk surga, berabe. -.-
Ibu saya
pernah bilang : “Ibu nggak keberatan untuk tidak menguliahkan kamu jika itu
menjauhkan dirimu dari Allah. Tapi jika itu mendekatkan kamu pada Allah, ayo. Sambil
jalan Ibu doakan..”
________________________
Nah, untuk
yang suka/berkeinginan posting foto di medsos nih, tolong pikir panjang.
Manfaat gak ya? Memotong jarak antara aku dan surga gak ya? Apa tujuanku
posting ini? Kira-kira setelah aku posting ini adakah orang diluar sana yang sakit
hati? Apakah Allah ridha? Begitulahhh….. : )))
Jadi jangan
sampai perbuatan kita (sekecil apapun itu) menjauhkan kita dari rahmat Allah.
Kalo sudah terlanjur jauh, PDKT-nya susah loh, gan. Awkwkwk.. *justkidding))
Terakhir,
saya ingin menyampaikan bahwa tulisan ini hanya opini pribadi. Tapi saya
menerima masukan yang masuk akal kok. Santai sajaaa. Haha..
Kalau ada
yang mau didiskusikan boleh dishare di kolom komentar. Kalo mau nggrundel ato
disimpan dalam hati juga boleh. Tapi jaga kesehatan, ya! :v
Terima
kasih sudah mampir. Mohon maaf tulisannya agak random, sesuai cara berpikir saya. Wkwkw
Untuk yang sedang nganggur dan mau menjelajah alam pikiran saya, bisa klik DISINI untuk celotehan saya yang lain. :3
Untuk yang sedang nganggur dan mau menjelajah alam pikiran saya, bisa klik DISINI untuk celotehan saya yang lain. :3
Cheerio!
xoxo
Alvi
Rosyidah - @alvrose_
“Apakah
manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja
(tanpa
pertanggungjawaban)?”
{ Al-Qiyamah
: 36 }
super sekali
BalasHapusHehee thanks! ^^
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus tulisannya mbak,.
BalasHapusIntinya kalo lagi beruntung jangan di umbar", simpan saja.. terima kasih lah kepada Allah SWT kan,. Jdi gak perlulah di posting", ini lah itulah, biar org pkir, wahhh hebat ni anak keterima di sni di sana, ini mah sama aja dgn sombong kan..
Mana tau besok" nya lagi kita gak beruntung,.
Roda pasti berputar kan, kdg di atas kdg di bawahhh
Terima kasih apresiasinya.. :)
HapusIya betul.. Ngga ada bedanya dg sombong. Padahal yg berhak sombong hanya Dia, kan? Hehee
Betul sekali mbak, hehe
BalasHapusLanjut nulis lagi mbak, kerenn..
Oke sipp! Thanks ^^
BalasHapusAlvi,, kamu mah.. Masa nama orang disamarin jadi ya'juj? ššš
BalasHapusWkwkw.. Maafkeun. Ndak nemu nama yg beken sih. Maunya Michael Jackson, tp takut kluarganya gk terima. Mau Imam mahdi, takut kualat. Mending itu.. :3
HapusPun kalo "sebut saja Mawar" udah mainstream XD
HapusSebulan lalu, ini adalah ide yang kupikirkan dan kamu mengungkapkannya dengan apik. Huaaaa š±š±
BalasHapusYeay sehati sependapat! :D
HapusTerima kasih btw :)))))
Waktu ospek mengharuskan memasukan foto seperti itu ��
BalasHapus