Siluet Kegetiran Mempertahankan Hal-Hal yang di Ambang Kehancuran | Makna Lagu Dead in the Water - Noel Gallagher's High Flying Birds


Mempertahankan tidaklah lebih mudah daripada mendapatkan. Teori ini rupanya berlaku untuk apa pun, baik gelar pendidikan, karier atau pekerjaan, maupun pasangan idaman. Dari lagu Dead in the Water ini, kita belajar bahwa jikapun kamu telah mendapatkan seseorang, ia belum tentu akan di sisimu selamanya. Dari sebuah teori klise inilah, Noel Gallagher–musisi yang kunobatkan sebagai the ballad genius ini–rupanya berhasil merangkai lirik serta melodi yang sendu ini. Lagunya sendiri cukup sederhana, tetapi entah kenapa sejak pertama kali mendengarnya, aku tak kuasa berkata, “Siapa yang melukaimu, wahai Tuan Musisi?”

Lagu ini untuk mereka yang berjuang sendirian. Lagu ini untuk mereka yang berusaha mempertahankan hubungan. Lagu ini untuk mereka yang lelah dengan keadaan, di ambang tenggelam, tetapi belum sanggup untuk menyerah. Lagu ini untuk mereka yang kondisi hubungannya serasa morat-marit, tetapi tetap berlari mengejar seseorang untuk mendapatkannya kembali, meski harus melawan sesak di dadanya, duri di kakinya, badai di kepalanya.

Aku tentu tidak berharap kalian mengalami ini, Kawan. Namun, pesanku, jika suatu saat kalian ada di posisi itu, ingatlah lagu ini. Lagu ini diciptakan Noel Gallagher untuk mengobati lukamu dan menemani hari-hari terpurukmu.

-------------------------------------------

Dead in the Water

Noel Gallagher's High Flying Birds

 

For the shore as the night slipping through my hands

Menuju bibir pantai, malam yang terjatuh dari tanganku

I fall into the sea like the empire built on the sand

Aku diempaskan ombak, seperti kerajaan yang dibangun di atas pasir

I've been thinking about the days when we had no money

Aku mengingat hari-hari di mana kita tak mempunyai sepeser pun uang

The photograph of you well it still seems funny

Foto-fotomu dulu pun masih terlihat manis dan lucu

Gotta get back to the promised land

Aku harus segera kembali mengejar dunia yang kujanjikan

Dead in the water adalah frasa dalam bahasa Inggris untuk mengungkapkan bahwa sesuatu sedang dalam kondisi kritis, kecil kemungkinan bertahan, dan besar kemungkinan gagal. Dalam konteks nautika atau perkapalan, dead in the water berarti kapal mengalami mati mesin sehingga tidak dapat bergerak. Dari judul ini dapat disimpulkan bahwa narator sedang berada pada hubungan yang sedang terombang-ambing dan kemungkinan akan berhenti berlayar, tak akan berlabuh ke mana pun, atau bahkan tenggelam. Pada baris pertama, narator seolah berkata bahwa segalanya tidak sengaja terlepas dari genggamannya, mungkin ia sedikit lengah. Sesuatu yang terlepas itu pun jatuh di bibir ombak, seiring dengan narator yang turut tersapu bersama dengannya. Narator berakhir terombang-ambing bersama harapan dan kisah cintanya. “The empire built on the sand” (istana pasir) ini saya rasa adalah simbolisasi dari diri narator bersamaan dengan kenangan kisah cintanya. Kau tentu tahu, Kawan, membuat istana pasir selalu membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Namun, hanya dengan sekali sapu, kastil itu dapat hancur seketika.

Di baris ketiga dan keempat, narator mengenang masa-masa lampau di mana mereka masih sangat berjuang (kemungkinan besar secara finansial karena ada kata “money”, tetapi dapat dimaknai lain), dan kekasihnya mau menemaninya, bahkan tertawa bersamanya. Suatu saat ketika kekasihnya tertawa, ia abadikan momen itu dalam foto. Fakta bahwa narator (sekarang) masih menganggap itu “manis/lucu”, menyiratkan bahwa ia tidak memendam amarah maupun rasa benci pada kekasihnya. Malah, pada baris kelima, ia tersadar bahwa ini bukan saatnya mengenang masa lalu yang manis itu. Ia harus segera menjemput kembali kekasihnya untuk bersama berjalan menuju tujuan mereka (anggap saja narator menjanjikan dunia penuh ketenteraman dan kesejahteraan pada kekasihnya).

 

So don't walk away love

Jadi, Cinta, kumohon jangan pergi.

There's never enough that could make me crash on the broken glass

Bahkan terjatuh di tumpukan pecahan kaca ini, itu tidak dapat melukaiku

Let the storm rage, I'd die on the waves

Biarkan badai mengamuk, tidak apa jika kemudian aku harus mati ditelan ombak

But I will not rest while love lies dead in the water

Tapi selama cinta ini masih berada di ambang kehancuran, aku tidak akan bisa tenang

Dead in the water

Di ambang kehancuran.

Belum berhasil mewujudkan harapan sang kekasih dan apa-apa yang dijanjikannya, narator memohon agar ia tak meninggalkannya. Kesan “aku akan melakukan apa pun untukmu, aku akan melalui apa pun demi dirimu” tampak pada baris kedua dan ketiga bait ini. Bahkan jika ia tahu bahwa jalan yang harus ditempuh itu akan menelannya hidup-hidup, ia tetap akan melaluinya. Di baris keempat, narator meyakinkan bahwa masih ada harapan dalam kata “ambang kehancuran”, karena, yah, karena masih di perbatasan, belum sampai hancur. Sebegitu inginnya ia memperbaiki, memperjuangkan, dan mempertahankan hubungan itu, ia takkan diam sampai hubungan itu benar-benar hancur.

 

I'm waiting for the calm as the storm is getting under my skin

Aku menunggu badai itu mereda, dapat kukendalikan, walaupun itu akan tetap berputar dalam tubuhku

I'm trying to fix the hole in my head where the rain gets in

Aku mencoba memperbaiki lubang di kepalaku, di mana air hujan meresap melaluinya

It's dripping in my ear and it don't sound funny

Dan menetes melalui telingaku, dan itu tak kumaksudkan untuk terdengar lucu

I'm gonna take you out when I get some money

Aku akan mengeluarkanmu dari sana setelah aku memiliki uang

We're trying to get it back to the promised land

Lalu kita akan mencoba kembali ke dunia yang telah kujanjikan padamu

Setelah selesai dengan bait yang mengungkapkan permohonannya, di bait ini narator lebih menekankan niat dan tekad dalam dirinya, terutama pada baris 1–3. Narator menekankan bahwa ia sedang mencoba memperbaiki apa pun yang kurang dalam dirinya. Dan ketika ia merasa pantas dan cukup kuat, ia akan mencoba merengkuh kembali kekasihnya bersama dengan kisah-kisah cinta mereka yang sempat berada di ambang kehancuran itu. Dan dengan itu, narator ingin kembali berjalan bersisian menuju tujuan mereka, dunia penuh ketenteraman serta kesejahteraan yang ia janjikan pada kekasihnya.

-------------------------------------------

 

Sungguh, lagu yang pedih bukan? Kegetiran terlukis amat jelas pada tiap huruf dan nadanya.

Bagaimana pendapat kalian tentang lagu maupun penafsiran ini? Kuharap kalian menemukan kebermanfaatan dalam setiap tulisanku. Jika benar demikian, aku ingin kalian membantu menyebarkannya agar dibaca khalayak yang lebih luas. :)

 

Sekian dulu dariku.

Salam hangat,

AR.


Pic credit: Cottonbro Studio


Komentar

  1. "Mempertahankan tidaklah lebih mudah daripada mendapatkan"
    Aku jadi teringat potongan film summer, ketika bioskop date dan setelah nonton film graduation, si cewek menangis dan minta putus, si cowo tidak paham mengapa film itu begitu berpengaruh ke itu cewe. jadi si cewe nonton film dan si cowo nonton cewenya menangis, so sweet bangetkan, tetapi bukan itu poinnya, di film yang mereka tonton ada scene dimana ada pria yang memerjuangkan wanitanya, perempuan itu udah di depan pastur mau mengucapkan janji pernikahan, si pria malah menculik dan mengajak lari, mereka berhasil dan naik bis dimana si wanita masih pakai baju pengantin duduk bersebelahan prianya lalu mereka bengong dan film berakhir. itulah yang membuat si summer menangis, mereka telah mendapatkan cintanya kembali lalu apa setelah itu? So what gitu loh? Gantung banget
    Warm gratitude, I hope your day always shine

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]

Waktu, Jawaban untuk Pikiranmu yang Tak Pernah Tenang Itu | Analisis Video dan Lirik Lagu "Only Time" - Enya

7 Alasan Mencela Diriku - Kahlil Gibran

Terbang Tinggi dan Jatuh Tenggelam di antara Ledakan Gemintang | Memaknai Lirik Lagu Champagne Supernova - Oasis