Day 23 - Anak Zaman Dulu vs Sekarang


Berbicara tentang anak muda memang tidak ada habisnya. Banyak aspek yang bisa dijadikan objek penelitian, sarang komentar, dan bahkan sekedar bahan obrolan, terutama dari kalangan cendekiawan yang concern tentang masalah terkait. Mulai dari perkembangan otaknya, kecerdasannya, keterampilannya menginovasi sesuatu, bahkan sampai sisi-sisi negatif seperti kenakalannya, masa penuh depresi dan frustrasi, keanehannya, dan juga perbedaan-perbedaan yang ada pada anak-anak muda antar zaman.

Jika ranah seluas itu dikupas satu persatu, tentulah setumpuk jurnal telah membahasnya. Itupun masih ada semiliar lagi yang masih belum berupa jurnal, masih di dalam pikiran manusia. Karena zaman berkembang, budaya bergeser, bertambah, maka hal-hal yang dibahas pun berkembang pula. Tidak akan berhenti, karena ilmu pengetahuan bergerak lurus pula seiring jarum jam. Misalkan, zaman dahulu tidak ada yang berbicara tentang efek videogames pada remaja, ya karena zaman dahulu belum ada videogames, jadi belum bisa dibahas.

Dan aku benar-benar kehilangan kendali atas apa yang aku tulis. Astaghfirullah... Fokus!
Huaaa.. Tydack bysa. Okelah, silakan kalian jadikan aku sebagai bahan penelitian remaja aneh yangggg..... entahlah. :(

Back to the topic. Sekarang challenge-nya adalah menulis tentang perbedaan anak muda zaman dulu dengan sekarang. Okelah. Aku ingin mengklasifikasikannya berdasarkan sisi kognitif, psikomotorik, dan afektifnya.

Menurutku, secara kognitif, tidak ada bedanya remaja sekarang dengan remaja zaman dulu. Jika kelihatannya pemuda2 zaman sekarang inovatif, canggih, dan lebih jenius, aku bisa bilang itu salah. Pertama karena zaman dulu media massa belum jadi raja (jadi gak terlalu terekspos ke khalayak), dan yang kedua karena itu tidak bisa diklasifikasikan berdasarkan zaman. Pendidikan pada zaman dulu belum segreget sekarang. Dan karena pendidikan masih minim, maka perkembangan teknologi pun lambat. Kognitif manusia tergantung pada pendidikan di zamannya, jadi tidak bisa dibanding-bandingkan begitu (Karena ilmu pengetahuan itu baku, tidak seperti akhlak dan moral). Gitudeh.. If you know what I mean. Kapan-kapan tak ungkapkan dengan lebih genah dan terarah. Maafkan aku untuk saat ini. (Oya, yang aku maksud "zaman dulu" itu zaman duluuuuu sekali. Zaman sebelum muncul tokoh seperti Pak Amien Rais, Buya Hamka, BJ Habibie, Munir, dkk. (Karena pada zaman mereka, itu sudah kuanggap berkembang.))

Secara psikomotoris, menurutku bedanya adalah ke-mager-an anak zaman sekarang. Anak zaman dulu lebih kuat, rajin, bersemangat, suka melakukan ini itu, suka pekerjaan yang melibatkan fisik, dkk yang menyebabkan ketangguhan fisik dan daya tahan tubuh. Lah anak sekarang? Kecil-kecil disuguhi laptop, android, jadilah hobi tiduran di sofa, wifi-an, nonton youtube, tutorial bikin slime. Itu, sangat, menyedihkan. :'(
Intinya seputar itu.

Secara afektif ini nih yang gak ada habisnya. Mulai sopan santun, kepedulian, integrasi, kedisiplinan, budi pekerti, kasih sayang, hmmmm... anak zaman sekarang mengalami dekadensi dalam aspek iniii! Sedih. Malas sekali membahas ini. Bawaannya negatif.

Yah, jadi begitulah pendapatku. Jika ada perbedaan pendapat maupun pemikiran, it's okay because BAG. "Beda Argumen Gapapa". Btw aku ingin nulis banyak tentang ini, tapi jadinya malah random. Jadi sepertinya butuh tema yang lebih kecil dan mengerucut ke suatu masalah tertentu. Nanti dah, kapan-kapan kalau aku sempat dan pas ingin berbagi. Ha ha ha

Sekian dulu. Tugas lain sudah menunggu.
Bye! Cheerio! :))))

Alvi Rosyidah
@alvrose_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Gloomy Sunday - Billie Holiday

Terbang Tinggi dan Jatuh Tenggelam di antara Ledakan Gemintang | Memaknai Lirik Lagu Champagne Supernova - Oasis

7 Alasan Mencela Diriku - Kahlil Gibran

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]