Perjalanan Beatlemania Pemurung yang Akhirnya Turun Gunung untuk Melihat G-Pluck Beatles
Pengalaman pertama memang seharusnya disimpan untuk yang benar-benar
spesial. Contohlah makhluk introver satu ini. Ia bersikeras ingin pengalaman
pertama ngonsernya adalah menonton The Beatles. Berapa kawan sudah membujuknya
untuk ikut konser bersama-sama, tetapi ia menolaknya dengan tegas. Rupanya ia
sungguh tak mau jika itu bukan The Beatles.
Jiwanya yang murung dan hatinya yang sendu itu sesungguhnya berasal dari mimpi terpendamnya, yang biar disiram bergalon-galon air mawar pun takkan tumbuh barang separuh kuku kelingking biawak. Mimpinya itu sudah tentu takkan menjadi nyata, dan ia tahu itu. Bagaimana bisa? Band kawakan yang terkenal seantero jagat itu telah bubar jauh sebelum ia lahir. Itu bubarnya. Belum pas sedang tenar-tenarnya melakukan tur dan manggung sana-sini. Jauh, terlampau jauh. Belum lagi dua dari empat personelnya sudah tinggal nama. Dua sisanya, sedang sibuk meniti karir solo mereka yang gilang-gemilang. Namun, entah bagaimana ceritanya makhluk introver ini terpikat dengan The Beatles. Mungkin karena memang benar, musik yang keren tidak kenal usia dan tak lapuk dimakan zaman.
Sayang seribu sayang, ia sudah kenyang dengan melahap musik-musiknya saja. Kini yang ia harapkan hanyalah melihat secara langsung The Beatles memainkan instrumen mereka. Ia hampir mengikhlaskan mimpinya itu, ketika empat orang yang rasanya cukup kondang datang ke kota kelahirannya, Malang, mau menampilkan musik-musik nostalgia band kesayangannya. Sejak hari itu, ia tak lagi murung. Jika kaulihat matanya, bukan bayanganmu yang kaulihat, melainkan harapan.
---------------------------
Kawan, cerita di atas didasarkan pada kisah nyata, meskipun
bumbu-bumbunya lebih banyak, haha. Sekarang biar kuceritakan padamu pengalamanku
tentang hal ini.
Hari H pun tiba,
18 November 2023. Sebenarnya, hari itu adalah hari Milad Muhammadiyah. Namun,
aku yakin K.H. Ahmad Dahlan tidak akan mempermasalahkan itu. Bapak pun kuyakin
tidak akan menyoalkan itu, meskipun beberapa hari sebelumnya mengirim poster peringatan
Milad Muhammadiyah di grup keluarga.
Sabtu itu, Bapak
Negara (read: ojob saya wkwk) akan melatih renang di Kolam Tirta Marabunta Rampal
jam 2 hingga jam 5. Konsernya open gate jam 3. Daripada aku berangkat sendiri,
mending ngikut Bapak Negara dulu ke kolam, toh lokasi kolam dan gate konser
tidak jauh. Sesampainya di sana, saya langsung naik tribun pinggir kolam untuk
menengok panggung jauh di bagian barat sana. Saya sempat mengambil video
tentang situasi di sana untuk dikirim ke kawan yang mengajakku itu.
Ini juga kukirim padanya ketika ia minta info cuaca. Kubilang “Panas, tak mungkin hujan. Tuh lihat, si beliau sampai mrecing-mrecing kesilauan.” Wkwk.
Kawanku terdengar puas dengan situasinya, dan ia bilang akan berangkat setelah mandi dan salat. Aku kembali memperhatikan Bapak Negara ngelatih, sambil mengedipkan sebelah mata tipis-tipis (jangan salah, ini hanya karena silau, tiada maksud lain). Ketika ada salah satu wali atlet sekaligus rekan mengajar Bapak Negara di sekolah mendekatiku, akhirnya aku menghabiskan waktu berbincang-bincang dengannya.
Obrolan terhenti ketika ada panggilan masuk dari kawanku tadi. Pendeknya, ia tidak jadi bisa ikut karena ada situasi superdarurat. Mendengar situasinya itu, aku tidak berusaha melakukan negosiasi atau apa pun. Dia mendorongku untuk tetap datang. “Miiiisss… Aku lo sering nonton konser dewean (sendiri).” Aku diam menimbang. Ragu. Takut. Khawatir. Di sisi lain, aku tak mungkin melewatkan kesempatan ini, kan?
Akhirnya aku berangkat. Sendiri. Kau tahu kan, introver antikerumunan sangat membenci ini? Apalagi ini konser pertamaku. Aku tak tahu bagaimana ini bekerja. Namun, seperti insting hewani, aku berusaha mengendus dan mengais-ngais sendiri bagaimana konser bekerja. Masuk lewat mana, HP enaknya taruh mana, sambil nunggu harus ngapain, dan lain-lain. “Gila. Tatag banget aku, haha!” kubilang pada temanku via pesan. Dia menjawab, “Suatu saat kamu akan berterima kasih pada kamu yang sekarang karena telah memberi pengalaman yang luar biasa.” Dasar. Bisa-bisanya masih bilang begitu di saat-saat demikian, meskipun benar sih. Hehe.
Ringkas cerita,
awal masuk, ada papan rundown yang menerangkan bahwa G-Pluck baru akan tampil
jam 17.00–17.45. Saat itu masih jam 15.30-an. Akhirnya aku kembali ke kolam dan
menunggu jam 5. Saat sudah mendekati jam 5, rasa malas muncul lagi, karena
melihat kerumunan makin ramai dari kejauhan. Kawanku kembali mendorongku.
Aku gas. And here
I was. Among these people, alone. But didn’t feel lonely, really. Mungkin
karena sebentar lagi ada John, Paul, George, dan Ringo KW yang akan menemaniku.
Perasaan itu nyata. Aku berdebar.
Setelah
beberapa menit, aku akhirnya melihat batang hidung George dkk. AH AKHIRNYA! MEREKA
AKAN TAMPIL!!!!! Jantungku terdengar bahagia, begitu juga seluruh tubuhku. Di
penghujung sore itu, aku menikmati syahdunya rindu ditemani alunan lagu yang
rancak. Mereka sangat mirip dengan The Beatles dari segala segi. Ketika aku
bilang “segala”, percayalah, itu benar-benar “segala”. Bagaimana bisa mereka
bermusik dan menyanyi semirip itu dengan The Beatles? :’)
Total lagu yang mereka bawakan ada 6 (seingatku): Please Mister Postman; Love Me Do; Ticket to Ride; Imagine; I Wanna Hold Your Hand; dan lagu terakhir The Beatles yang rilis dua minggu lalu, Now and Then. G-Pluck bahkan sudah membawakannya dengan sangat apik. Jika kau penasaran mengapa bisa The Beatles rilis lagu terakhirnya 2023 ini, maka tontonlah video ini. Kujamin kau takkan menyesal. Lalu, kau bisa menyusul tayangan short film tadi dengan menonton music video Now and Then di sini.
Pengalaman solo-konser band tribute The Beatles ini, akhirnya terjadi. Aku bersyukur sekaligus bangga pada diriku sendiri. Si Beatlemania introver ini akhirnya turun gunung untuk menyaksikan band tribute favoritnya. Seturun G-Pluck Beatles dari panggung, ia turut pulang. Bapak Negara rupanya sudah menunggunya. Di perjalanan pulang, ia berceloteh banyak, tidak seperti biasanya. Bapak Negara-nya itu pun menyambut ceritanya dengan antusias. Rupanya ia senang belahan jiwanya gembira. Malam itu, ia menutup hari dengan memikirkan seorang kawan lama penggemar Beatles juga. Kawan yang telah lama hilang kontak dengannya. Setelah menimbang cukup panjang, ia pun mengirim pesan padanya. Hanya satu kata dan satu tanda baca.
šš„
BalasHapusHaloo. :):)
HapusKeluar dari sangkar yeah š
BalasHapusYoiww wkwkw
Hapus