Perjalanan Beatlemania Pemurung yang Akhirnya Turun Gunung untuk Melihat G-Pluck Beatles


Pengalaman pertama memang seharusnya disimpan untuk yang benar-benar spesial. Contohlah makhluk introver satu ini. Ia bersikeras ingin pengalaman pertama ngonsernya adalah menonton The Beatles. Berapa kawan sudah membujuknya untuk ikut konser bersama-sama, tetapi ia menolaknya dengan tegas. Rupanya ia sungguh tak mau jika itu bukan The Beatles.

Jiwanya yang murung dan hatinya yang sendu itu sesungguhnya berasal dari mimpi terpendamnya, yang biar disiram bergalon-galon air mawar pun takkan tumbuh barang separuh kuku kelingking biawak. Mimpinya itu sudah tentu takkan menjadi nyata, dan ia tahu itu. Bagaimana bisa? Band kawakan yang terkenal seantero jagat itu telah bubar jauh sebelum ia lahir. Itu bubarnya. Belum pas sedang tenar-tenarnya melakukan tur dan manggung sana-sini. Jauh, terlampau jauh. Belum lagi dua dari empat personelnya sudah tinggal nama. Dua sisanya, sedang sibuk meniti karir solo mereka yang gilang-gemilang. Namun, entah bagaimana ceritanya makhluk introver ini terpikat dengan The Beatles. Mungkin karena memang benar, musik yang keren tidak kenal usia dan tak lapuk dimakan zaman.

Sayang seribu sayang, ia sudah kenyang dengan melahap musik-musiknya saja. Kini yang ia harapkan hanyalah melihat secara langsung The Beatles memainkan instrumen mereka. Ia hampir mengikhlaskan mimpinya itu, ketika empat orang yang rasanya cukup kondang datang ke kota kelahirannya, Malang, mau menampilkan musik-musik nostalgia band kesayangannya. Sejak hari itu, ia tak lagi murung. Jika kaulihat matanya, bukan bayanganmu yang kaulihat, melainkan harapan.


---------------------------


        Kawan, cerita di atas didasarkan pada kisah nyata, meskipun bumbu-bumbunya lebih banyak, haha. Sekarang biar kuceritakan padamu pengalamanku tentang hal ini.

            Beberapa minggu lalu, beberapa kawan sepersekongkolan mengajakku nonton konser di mantan kampus kami. Sudah jelas kutolak. Kubilang, “Datangkan padaku G-Pluck Beatles, baru aku mau.” Mereka akhirnya nonton tanpa aku, seperti biasanya. Beberapa hari kemudian, salah satu dari mereka mengirim bocoran poster konser yang akan diadakan di Lapangan Rampal. Terpampang di sana Iwan Fals. Cukup menarik, tetapi tetap tidak mau. Kemudian, kawanku ini menge-zoom poster burek low quality itu. Ada foto G-Pluck Beatles samar-samar. Jangan-jangan….
            Ternyata benar! Poster resminya baru dirilis beberapa hari berikutnya. Dan benar saja, G-Pluck akan manggung di Malang! Aku merinding. Akankah aku benar-benar melihat John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr KW dalam beberapa hari saja? Kali itu, pertama kalinya aku mengiyakan ajakan ngonser. Pertama kalinya.

            Hari H pun tiba, 18 November 2023. Sebenarnya, hari itu adalah hari Milad Muhammadiyah. Namun, aku yakin K.H. Ahmad Dahlan tidak akan mempermasalahkan itu. Bapak pun kuyakin tidak akan menyoalkan itu, meskipun beberapa hari sebelumnya mengirim poster peringatan Milad Muhammadiyah di grup keluarga.

            Sabtu itu, Bapak Negara (read: ojob saya wkwk) akan melatih renang di Kolam Tirta Marabunta Rampal jam 2 hingga jam 5. Konsernya open gate jam 3. Daripada aku berangkat sendiri, mending ngikut Bapak Negara dulu ke kolam, toh lokasi kolam dan gate konser tidak jauh. Sesampainya di sana, saya langsung naik tribun pinggir kolam untuk menengok panggung jauh di bagian barat sana. Saya sempat mengambil video tentang situasi di sana untuk dikirim ke kawan yang mengajakku itu.




        Ini juga kukirim padanya ketika ia minta info cuaca. Kubilang “Panas, tak mungkin hujan. Tuh lihat, si beliau sampai mrecing-mrecing kesilauan.” Wkwk.



          Kawanku terdengar puas dengan situasinya, dan ia bilang akan berangkat setelah mandi dan salat. Aku kembali memperhatikan Bapak Negara ngelatih, sambil mengedipkan sebelah mata tipis-tipis (jangan salah, ini hanya karena silau, tiada maksud lain). Ketika ada salah satu wali atlet sekaligus rekan mengajar Bapak Negara di sekolah mendekatiku, akhirnya aku menghabiskan waktu berbincang-bincang dengannya.

        Obrolan terhenti ketika ada panggilan masuk dari kawanku tadi. Pendeknya, ia tidak jadi bisa ikut karena ada situasi superdarurat. Mendengar situasinya itu, aku tidak berusaha melakukan negosiasi atau apa pun. Dia mendorongku untuk tetap datang. “Miiiisss… Aku lo sering nonton konser dewean (sendiri).” Aku diam menimbang. Ragu. Takut. Khawatir. Di sisi lain, aku tak mungkin melewatkan kesempatan ini, kan?

      Akhirnya aku berangkat. Sendiri. Kau tahu kan, introver antikerumunan sangat membenci ini? Apalagi ini konser pertamaku. Aku tak tahu bagaimana ini bekerja. Namun, seperti insting hewani, aku berusaha mengendus dan mengais-ngais sendiri bagaimana konser bekerja. Masuk lewat mana, HP enaknya taruh mana, sambil nunggu harus ngapain, dan lain-lain. “Gila. Tatag banget aku, haha!” kubilang pada temanku via pesan. Dia menjawab, “Suatu saat kamu akan berterima kasih pada kamu yang sekarang karena telah memberi pengalaman yang luar biasa.” Dasar. Bisa-bisanya masih bilang begitu di saat-saat demikian, meskipun benar sih. Hehe.





            Ringkas cerita, awal masuk, ada papan rundown yang menerangkan bahwa G-Pluck baru akan tampil jam 17.00–17.45. Saat itu masih jam 15.30-an. Akhirnya aku kembali ke kolam dan menunggu jam 5. Saat sudah mendekati jam 5, rasa malas muncul lagi, karena melihat kerumunan makin ramai dari kejauhan. Kawanku kembali mendorongku.



            Aku gas. And here I was. Among these people, alone. But didn’t feel lonely, really. Mungkin karena sebentar lagi ada John, Paul, George, dan Ringo KW yang akan menemaniku. Perasaan itu nyata. Aku berdebar.

 

Setelah beberapa menit, aku akhirnya melihat batang hidung George dkk. AH AKHIRNYA! MEREKA AKAN TAMPIL!!!!! Jantungku terdengar bahagia, begitu juga seluruh tubuhku. Di penghujung sore itu, aku menikmati syahdunya rindu ditemani alunan lagu yang rancak. Mereka sangat mirip dengan The Beatles dari segala segi. Ketika aku bilang “segala”, percayalah, itu benar-benar “segala”. Bagaimana bisa mereka bermusik dan menyanyi semirip itu dengan The Beatles? :’)

 


Total lagu yang mereka bawakan ada 6 (seingatku): Please Mister Postman; Love Me Do; Ticket to Ride; Imagine; I Wanna Hold Your Hand; dan lagu terakhir The Beatles yang rilis dua minggu lalu, Now and Then. G-Pluck bahkan sudah membawakannya dengan sangat apik. Jika kau penasaran mengapa bisa The Beatles rilis lagu terakhirnya 2023 ini, maka tontonlah video ini. Kujamin kau takkan menyesal. Lalu, kau bisa menyusul tayangan short film tadi dengan menonton music video Now and Then di sini.

Pengalaman solo-konser band tribute The Beatles ini, akhirnya terjadi. Aku bersyukur sekaligus bangga pada  diriku sendiri. Si Beatlemania introver ini akhirnya turun gunung untuk menyaksikan band tribute favoritnya. Seturun G-Pluck Beatles dari panggung, ia turut pulang. Bapak Negara rupanya sudah menunggunya. Di perjalanan pulang, ia berceloteh banyak, tidak seperti biasanya. Bapak Negara-nya itu pun menyambut ceritanya dengan antusias. Rupanya ia senang belahan jiwanya gembira. Malam itu, ia menutup hari dengan memikirkan seorang kawan lama penggemar Beatles juga. Kawan yang telah lama hilang kontak dengannya. Setelah menimbang cukup panjang, ia pun mengirim pesan padanya. Hanya satu kata dan satu tanda baca.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Gloomy Sunday - Billie Holiday

Terbang Tinggi dan Jatuh Tenggelam di antara Ledakan Gemintang | Memaknai Lirik Lagu Champagne Supernova - Oasis

7 Alasan Mencela Diriku - Kahlil Gibran

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]