Perjuangan berdarah-darah anak manusia dan lahirnya generasi dengan semangat juang yang sama || Resensi dan Review Buku Dompet Ayah Sepatu Ibu [J.S. Khairen]


Meskipun tidak sulit ditebak bagi pengikut J.S. Khairen dan orang-orang yang suka mengulik tentang latar belakang penulis, fakta bahwa buku ini merupakan kisah hidup nyata dari kedua orang tua Penulis merupakan hal paling membuat takzim bagiku pribadi. Hidup seperti apa yang membuat orang lain terkesima, hidup seperti apa yang harus betul-betul dijalani hingga anak kita memiliki daya juang yang sama, dan hidup seperti apa yang saking naik turunnya, curam terjalnya, orang lain yang bukan anggota keluarga maupun kenalan dapat terinspirasi karenanya. Kawan, inilah buku berdasarkan peristiwa-peristiwa nyata dalam hidup “Asrul” dan “Zenna”, yang sosok sesungguhnya di balik nama itu dapat kita ketahui dengan sedikit usaha untuk googling. :)

Semoga tulisan ini bermanfaat.


Identitas Buku

Judul        : Dompet Ayah Sepatu Ibu

Penulis        : J.S. Khairen

Tahun Terbit             : 2023

Penerbit     : Gramedia Widiasarana Indonesia

Jumlah halaman : 216 hlm.


Sinopsis

Alur utama buku Dompet Ayah Sepatu Ibu berkisah tentang perjuangan seorang laki-laki broken home bernama Asrul dan seorang perempuan tangguh bernama Zenna, nun jauh di suatu tempat di Pulau Sumatra. Fokus berselang-seling antara kisah hidup mereka berdua, memperjuangkan dan menjalani hidup episode demi episode. Mulai dari latar belakang keluarga, kisah pilu tentangnya, perjuangan menempuh pendidikan, mencari penghidupan, dan aspek-aspek manusiawi lainnya disinggung secara brutal di sini. Hingga kemudian, pada suatu hari mereka dipertemukan di suatu tempat yang tak disangka-sangka yang kemudian menjadi poros bagi kisah mereka selanjutnya, menjalin hubungan, menikah, memiliki anak, dan konsekuensi-konsekuensi yang timbul setelahnya: merawat dan membesarkan anak serta rentetan pengorbanannya. Pendeknya, cerita ini mencakup multigenerasi, mulai masa kanak-kanak kedua tokoh utama hingga anak mereka tumbuh dewasa.


Kelebihan dan Kekurangan Buku

Buku Dompet Ayah Sepatu Ibu ini sangat ringan dicerna oleh karena gaya penyampaiannya yang lugas tetapi tetap mengena (terasa telah dipikirkan dan diramu masak-masak oleh Penulis). Sedikit mengernyit dengan pilihan nama “Zenna”, karena terdengar terlalu Gen Z dan modern, hehe, tapi pilihan nama tokoh lainnya cukup masuk akal. Komposisi humor, tragedi, dan momen bahagia sangat proporsional dalam buku ini. Tidak seperti isu “orang dalam” dalam ranah pekerjaan yang sempat disinggung, beberapa bagian yang menekankan topik kemiskinan tidak terlalu menyinggung penyebab sistemiknya, melainkan menekankan pada asas bahwasanya apa pun akan terkendali asalkan kita mau bekerja keras dan pantang menyerah. Hal ini bagiku memberikan efek ganda: menenangkan sebagai orang yang tidak lahir dan tumbuh bersama kenyamanan yang bisa diberikan olah uang; tapi juga rasa ingin protes bahwa penulis sekaliber beliau dengan pikiran sekritis beliau dengan audiens seluas beliau seharusnya bisa menyisipkan lebih banyak soal kemiskinan struktural, karena, kita tidak bisa menampik fakta bahwa masih banyak masyarakat yang belum menyadari hal ini. :)


Kutipan Favorit

  • Api paling panas, menyala saat ibumu menangis kecewa.

  • Benarlah adanya, kemiskinan membuat bermimpi pun harus tahu diri.

  • Dosen Asrul menutup bukunya. la bicara berbisik, "Penjahat bagi sebagian orang, belum tentu bagi sebagian yang lain. Sejarah dicatat oleh yang menang."

  • Masakan ibu takkan kau temukan di restoran terbaik. Kelakar ayah takkan berjumpa di panggung paling gemerlap. Untungnya kau punya dua tempat itu sekaligus, rumah. Pulanglah.

  • Orang miskin kadang hanya punya modal berupa semangat. Modal itu juga sering kena cemooh oleh orang kaya.

  • Ada alasan kenapa manusia tak punya ingatan sejak lahir. Agar kau tak melihat ibumu kesakitan.

  • Zenna sebetulnya sudah coba mendaftar jadi PNS sejak awal mengajar. Namun tak kunjung diterima. Harus pakai orang dalam. Zenna tak punya. Kalau hanya ikut tes saja, kecil sekali harapannya lulus.

  • Butuh beberapa tahun bagi akar bambu untuk menguat ke bawah, tanpa ada mata yang melihatnya. Setelah kuat, butuh beberapa minggu atau bulan saja bagi bambu untuk menjulang tinggi ke langit.

  • Jika kau siap anakmu membandingkanmu dengan orang tua lain, maka silakan bandingkan mereka terhadap anak lain. Jika tak siap, maka tak usah.

  • Tiga ini adalah sekolah sepanjang masa; jadi orangtua, jadi pasangan, dan jadi anak. Nilaimu tak lantas buruk, saat hidup orang lebih baik.

  • Saat seorang ibu runtuh, maka seisi rumah turut runtuh.

  • Tiap pintu rumah akan diketuk. Tiap selimut akan ditarik. Tiap kedip mata akan terlelap. Tiap napas akan berakhir. Ada satu yang tak boleh berakhir, doamu untuk orang tua.


Kesimpulan

Meskipun buku ini mengangkat tema yang dekat dengan kita, tidak lantas menjadikannya menjemukan. Justru dengan tema yang dekat dengan semua orang inilah, saya rasa setiap orang bisa cukup relate dan menyimak dengan khidmat. Tidak semua orang jatuh cinta saat masa sekolah, tidak semua orang lahir dan tumbuh kaya raya, tidak semua orang punya kenalan kaya raya, tidak semua orang punya orang tua yang utuh, tetapi semua orang punya ayah dan ibu, atau akan menjadi ayah atau ibu. Mungkin hal inilah yang menjadikanku merasa dekat sekali dengan buku ini, meskipun sebenarnya ada lebih banyak alasan daripada itu. Pengalaman membacanya sungguh tiada bisa dibeli, dan kumpulan kata mutiara yang dibalut pengemasan cerita sedemikian rupa sungguh mendayu sekaligus mendayagunakan. Satu kalimat untukmu, Kawan: Bacalah buku ini! Khusus kalian yang sudah menikah lebih dari 2 tahun, atau sedang jauh dari orang tua, kurasa aku bisa sedikit menjamin kalian akan menitikkan setetes-dua tetes air mata selama membacanya. (Let me know! Hihi.) :)

Mengutip kata penulis buku ini, J.S. Khairen, “Usahakan baca minimal 1 fiksi dan 1 nonfiksi setiap bulan. Fiksi untuk hati, nonfiksi untuk kepala.” Nah, buku ini, Kawan, sangat bagus untuk hati serta pun kepala.


Salam hangat,

AR.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Siluet Kegetiran Mempertahankan Hal-Hal yang di Ambang Kehancuran | Makna Lagu Dead in the Water - Noel Gallagher's High Flying Birds

Kukisahkan dengan Indah (dan dengan patah hati) Cinta John untuk Yoko | Makna lagu Woman oleh John Lennon

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon - WS Rendra

Proud of You - Fiona Fung