Ketika Jumlah Pemeluk Islam Tidak Mempengaruhi 'Kesejahteraan' yang Diusungnya



Di tengah pelajaran, seorang dosen saya berkata, “Benar, negara dengan penduduk Muslim terbesar itu memang Pakistan, Indonesia, Mesir, atau Iran. Tapi jika diteliti, negara yang paling islami di dunia itu bukanlah salah satu diantara mereka.” Bagaimana bisa?

--------------------------------------

Sebuah studi mengenai negara yang paling Islami di dunia menyatakan bahwa tidak ada negara dengan populasi Muslim terbanyak menempati 30 besar negara paling Islami. Paling atas, di urutan ke 33, barulah Malaysia muncul diikuti Kuwait di urutan ke 48. Yang mengejutkan, 10 negara paling Islami di dunia adalah negara-negara barat: Selandia Baru, Luxemburg, Irlandia, Islandia, Finlandia, Denmark, Kanada, UK, Australia, dan Belanda.

Jika bahkan di 10 negara tersebut tersebut jarang dijumpai orang Islam, mengapa bisa disebut sebagai negara paling Islami?

--------------------------------------

Mari kita mulai dari makna kata ‘Islam’ sendiri. Kata ‘Islam’ berasal dari Bahasa Arab “salima” yang berarti “selamat”, atau “salam” yang berarti “makmur, sejahtera”. Islam adalah agama dengan ajaran yang begitu kompleks, yang meliputi seperangkat aturan dari seluruh aktivitas manusia dari bangun tidur sampai tidur lagi. Termasuk juga aturan bertutur kata, adab menuntut ilmu, menghormati orang lain, aturan dalam bidang perekonomian, tindak kejahatan dan hukumannya, semuanya lengkap. Tujuannya? Menjadikan manusianya merasa tenteram, dan membentuk masyarakat yang sejahtera.

Pertanyaannya, ketika suatu negara dengan pemeluk agama Islam terbanyak, tapi situasi negara tidak stabil, moral warganya bejat, kejahatan dimana-mana, dan masyarakat tidak sejahtera, dimana peran ajaran Islam yang seharusnya tercermin? Jawabannya, itu karena mereka tidak menerapkan ajaran agama Islam sebagai dasar dari setiap perbuatan mereka. Istilahnya Islam KTP, peran agama hanya sebatas “Aku harus punya agama biar kolom ‘agama’-ku tidak kosong.” Jadi intinya, tidak ada hubungan antara jumlah pemeluk agama Islam dengan kesejahteraan suatu negara. Kenapa? Karena yang memeluknya belum tentu menerapkan ajarannya.

Di sisi lain, berbicara tentang negara yang makmur, banyak saja contohnya. Negara-negara kuat dan adidaya seperti USA, Tiongkok, Korea, Rusia, atau Jepang jelas masuk diantaranya.

Mereka kan negara kuat nan makmur, mengapa tidak termasuk di list 10 negara paling Islami?

Ehem, sayangnya kata ‘Islam’ (baca: sejahtera, selamat) tidak hanya berhenti sampai disitu. Bukan hanya kemakmuran negaranya yang perlu kita cermati, namun juga kesejahteraan setiap individu. Nyatanya, negara-negara kuat diatas termasuk 25 negara paling tinggi tingkat bunuh dirinya. Hal ini tentu saja tidak menunjukkan kesejahteraan warganya. Benar, negaranya kuat, hebat, menguasai ekonomi dunia, tapi masyarakat yang kompetitif tanpa pendidikan moral yang kuat akan menghalalkan segala cara untuk berada di posisi ‘terhebat’. Jika gagal, bukan main kemungkinan kejahatan akan menjamur.

Jadi, pada dasarnya, kualitas manusianyalah yang menentukan sejahtera-tidaknya suatu negara – yang mana dipengaruhi oleh pendidikan moral yang kuat, budaya, lingkungan, dan peran negara. Dan sebenarnya itu semua sudah ada dan diatur dalam ajaran Islam. Kita saja yang malas menggali ilmu atau bahkan tidak mau menerapkannya.

Ah, Indonesiaku. Dengan jumlah populasi Muslim terbanyak. Apa jadinya jika seluruh umat Islam disini menerapkan ajarannya? Bisakah kita berada di rangking 1 negara paling ‘Islami’?
Jangan bangga dengan titel “NEGARA PALING BANYAK PENDUDUK MUSLIM-NYA”, tapi banggalah ketika kita menyandang “NEGARA PALING ISLAMI SEDUNIA”.

Karena ingat, “jumlah pemeluk Islam” dan “Islami” itu berbeda!


-------------------------------------
Untuk baca opini saya yang lain, silakan klik DISINI :)

Salam saya,
Alvi Rosyidah - @alvrose_
Malang, Indonesia

 ------------------------------------
Referensi dan saran bacaan:
2. Countries with the highest suicide rates in the world


Komentar

  1. Iyes, kuantitas yang malah berbanding terbalik dengan kualitas :(

    BalasHapus
  2. Yup, kadang mikir "ga guna banget sebejibun ini tapi bagai buih di lautan".. Ehehe šŸ˜‚

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Gloomy Sunday - Billie Holiday

Terbang Tinggi dan Jatuh Tenggelam di antara Ledakan Gemintang | Memaknai Lirik Lagu Champagne Supernova - Oasis

7 Alasan Mencela Diriku - Kahlil Gibran

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]