Keminggris / Sok Inggris



Kata “keminggris” tentunya bukan lagi istilah yang asing bagi orang Jawa. Sama rumusnya dengan kemayu (sok ayu/cantik) dan keminter (sok pintar), keminggris berarti sok nginggris. Istilah ini biasanya digunakan saat seseorang melihat orang lain yang bukan native English speaker, berbicara atau menulis dengan Bahasa Inggris atau mencampur kedua bahasa tersebut dalam berkomunikasi.
Contoh nih:
“Sumpah! Ini pilem bagus amat. Recommended banget dah!” Atau,
“Kenapa cuman dia yang dapet A? Bekal senyum doang gitu. Padahal menurutku she’s not that good..”

Nah. Jadi kata “keminggris” ini konotasinya negatif. Kalau disederhanakan mungkin kayak gini, “halah, gaya-gayaan pake Bahasa Inggris segala.” Jadi jangan sembarangan bilang gitu ke orang lain yaa. Heheh.. :D  Daaan, di tulisan saya ini, saya akan menjelaskan beberapa alasan mengapa seseorang itu mencampur-campur bahasanya dalam berkomunikasi, baik melalui lisan maupun tulisan.

Saya pribadi belum pernah secara langsung dibilang begitu oleh orang lain, padahal saya merasa kalau saya sering memakai istilah Bahasa Inggris ketika kesusahan mengungkapkan dalam Bahasa Indonesia. Kenapa bisa begitu? Karena saya hidup di lingkungan dengan orang-orang yang juga melakukan hal yang sama. Bukan karena sombong apalagi lupa bahasa sendiri. Hanya saja, si otak berproses terlalu lama dalam menemukan istilah yang tepat dalam Bahasa Indonesia. Atau paling tidak, si otak menawarkan istilah Bahasa Inggrisnya dulu, baru Bahasa Indonesianya, jadi refleks yang kepake Bahasa Inggrisnya. Biasanya, kasus seperti ini dialami oleh orang-orang yang terekspos Bahasa Inggris sama banyaknya dengan Bahasa Indonesia. Misalnya, dia tinggal di lingkungan bilingual, sering, bercakap dan chattingan dengan native speaker, sering nonton film, baca buku, koran, atau nonton video YouTube dalam Bahasa Inggris, dan lain sebagainya.

Selain faktor kerja otak yang dipengaruhi lingkungan dan kebiasaan, hal ini juga dikarenakan perbendaharaan kosakata (terlebih ungkapan) Bahasa Indonesia tidak sebanyak Bahasa Inggris, sehingga tidak bisa dengan mudah dicari padanan Bahasa Indonesianya. Misalnya,
1. “Filmnya bagus, aku bisa dengan mudah dapetin feel-nya.” -> Hayoloh gimana ngubah ke Bahasa Indonesia coba :’D  Pasti mikir dulu yang lama
2. “Paul McCartney itu my first celebrity crush tau!” -> Aku belum menemukan padanan katanya. Pasalnya, “crush” itu sendiri beda dengan lover, significant other, apalagi boyfriend, heheh. Kalau ada yang bisa mengubah kalimat diatas jadi full Bahasa Indonesia, boleh komen. :3
3. Dan lain-lain.
Gini loh, intinya sama seperti banyak istilah Bahasa Indonesia yang susah dicari padanan katanya dalam Bahasa Inggris, seperti kebelet, masuk angin, gemas, latah, sekaligus, alay, bengong, ndeso, dan banyak lagi. Mungkin bisa saja dicari padanan katanya, tapi butuh waktu untuk memutar otak. Sementara mencarinya kelamaan, maka otak kita memberi opsi kata dalam bahasa lain yang baru-baru ini digunakan (recently used).

Yang terakhir adalah faktor kepantasan. Kecocokan. Pas didengar. Seputar itulah. Nah, contohnya seperti dalam kasus saat kamu bercakap-cakap dengan teman akrabmu, lalu dia menawarkan untuk piknik bersama ke gunung. Aku pribadi lebih memilih memakai "Sounds great!" daripada "Wah! Kedengarannya bagus!" atau "Ide bagus!" Kenapa? Ya karena kesannya kaku aja. :D
Untuk lebih memahami ini, saya juga akan beri contoh berupa gambar.

1. "Love you better than their love" di ceret plastik. 


 Ya, itu ceret saya. Dilihat sekilas saja sudah terlihat kan kalau itu produk Indonesia. :'D
Produk Indonesia, yang punya perusahaan orang Indonesia, fasih Bahasa Indonesia.
Lalu kenapa si pabrik menggunakan "Love you better than their love" alih-alih "Aku mencintaimu lebih besar dari cinta mereka"? Jangan dijawab ya. Berat. Dibayangkan saja. :3

 2. "Bonjour - May the sun bring you new energy by day --- May you walk gently through the world and know its beauty all the days of your life."


Kenapa nggak "Selamat pagi - Semoga sang mentari memberimu energi baru --- Semoga kamu berjalan dengan tenang di dunia, dan mengenal keindahannya."? Gimana yaa. Pakai feeling aja deh, apa enak sih kalo seandainya pake Bahasa Indonesia? Gak cocok gimanaaa gitu. Ini mungkin ada kaitannya dengan budaya dan kebiasaan, memang. :)  (Nah kan. Alvi. Kebiasaan. Keluar topik. :D )

3. "CAMPUS - Life is like a taxi. the meter just keeps ticking whether you are getting somewhere or just standing still"



 Itu produk Indonesia juga loh. Kenapa coba enggak pake, "KAMPUS - Hidup itu ibarat taksi. Meterannya tetap berjalan tidak peduli kamu berpindah atau diam di tempat." Hahahah.. :D

4. "Architecture - My love is like the grasses, hidden in the deep mountains. Though its abundance increase, there is no one that knows."


Ini juga diproduksi di Indonesia. Kenapa nggak pake, "Arsitektur - Cintaku bagaikan rerumputan yang tersembunyi, jauh di pegunungan. Walaupun ia meninggi, melimpah, tidak ada seorang pun yang tahu."? Kalo menurutku, kalo diindonesiakan jadi aneh. Atau cuma perasaanku aja ya? XD

Produk-produk diatas dibuat di Indonesia, dan mereka bukan barang-barang yang berkemungkinan untuk diekspor, jadi alasan "Ah, bisa saja agar orang internasional paham. Siapa tahu itu barang mau diekspor." Oh, Come on. Masa sih ceret plastik dengan tinta leleh begitu mau diekspor? :'D
Nggak mungkin deh rasanya. Jadi saya yakin itu produk-produk dari Indonesia, oleh Indonesia, untuk Indonesia.

Naaah.... Begitulah teman-temaan. Total ada 3 alasan utama itu tadi mengapa seseorang menggunakan bahasa campuran. Jadi bukan untuk gaya-gayaan loh yaa (kalo ini sih gatau lagi ya, hati siapa yang tau. Bukan urusan kita. Hehe).
Oya, jujur, dapat ide mau nulis gini ini dari tadi malam waktu berbuka puasa, dan lihat tulisan di ceret (teko) plastik itu tadi. Boom! Inspirasi masuk! Wkwkwk..
Sekian dulu dari saya. Mohon berkomentar jika berkenan. Sanggahan, masukan, saran, dan segala jenis tanggapan diterima kok. :)

Sampai jumpa di tulisan berikutnya.
Cheerio! ^^

Alvi Rosyidah
@alvrose_
.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 1) | Literal Translation dan Beberapa Catatan Penting

Analisis Lagu "The Masterplan" - Oasis

Terjemahan Bebas dan Analisis Lirik Lagu Little by Little - Oasis (Bagian 2)

Bahaya Jas Almamater (dan Sebangsanya)

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

5 Film dengan Soundtrack Lagu The Beatles

Gloomy Sunday - Billie Holiday

Terbang Tinggi dan Jatuh Tenggelam di antara Ledakan Gemintang | Memaknai Lirik Lagu Champagne Supernova - Oasis

7 Alasan Mencela Diriku - Kahlil Gibran

Resensi & Review Buku: Journal of Gratitude [Sarah Amijo]