Postingan

Caraku Melepasmu, "Kelas Pertamaku"

Gambar
Sebuah status seragam menghiasi status WhatsApp guru-guru di tempatku membina ekstrakurikuler. Isinya berupa ucapan selamat resmi dari sekolah beserta daftar nama anak-anak yang lolos masuk perguruan tinggi negeri. Beberapa di antaranya, ada nama-nama yang pernah ada di daftar hadir ekstrakurikuler yang setahun lalu kuampu, sebelum mereka naik ke kelas XII dan tidak lagi diperbolehkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Itu kelas dan angkatan pertama yang kubina di sekolah itu. Kami hanya bertemu di hari Sabtu, dan kurasa kami bersenang-senang sepanjang semester. Kuharap itu jugalah yang mereka rasakan. Ketika aku sudah tak mengajar mereka pun (dan hanya mengajar adik-adik angkatan mereka), ketika kami berpapasan di koridor, kami akan heboh dan berbincang selama beberapa waktu. Kadang sebentar, karena mereka tengah tergesa. Kadang cukup lama, sehingga aku tahu permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi, kebimbangan, beserta cerita-cerita lainnya (meskipun tidak sebanyak dulu). Ah, ma

Review Film Buya Hamka Vol. 1 (2023) | Sebuah Biopik yang Rancak

Gambar
Salah satu kosakata Minangkabau yang saya ingat betul dari film Buya Hamka (Vol. 1) ini adalah rancak . Terlepas dari takarir (teks terjemahan) yang sudah tersedia, saya langsung cek artinya di KBBI. Rancak memiliki dua makna. Dan kedua makna tersebut semuanya sesuai dengan film Buya Hamka garapan sutradara Fajar Bustomi ini. Makna pertama dari kata rancak mewakili kepuasan saya terhadap film Buya Hamka (2023) ini. Rancak dalam artian yang pertama adalah bagus , elok , dan cantik . Benar saja, saat memasuki bioskop (saya terlambat 1–3 menit di awal), saya langsung terpikat dengan visual dan scoring yang memikat hingga saya hampir kesandung saat menaiki anak tangga menuju seat saya. Pertama, penata musik bekerja dengan luar biasa dalam membangun atmosfer. Kedua, visual yang enak dipandang, terutama tentang estetika masa lampau tanah Minangkabau nun jauh pada zaman kolonial Belanda. Ketiga, terkait aktor-aktrisnya. Kemistri Vino G. Bastian dengan Laudya Cynthia Bella sebagai Buya Hamka

Mengoreksi Kesalahan Penulisan di Kemasan Skincare akibat Gabut = Mengasah Kepekaan Berbahasa

Gambar
Sebelum berangkat ke kantor pagi tadi, saya menyempatkan memilah wadah-wadah skincare yang telah habis isinya, untuk sekalian dibawa ke tempat sampah. Tidak sengaja, mata menangkap sesuatu yang salah di kemasan toner Azarine biru ini. Ada kesalahan ejaan fatal pada deskripsi produknya! Hal ini tentu saja membuat saya membaca seluruh kalimat, paragraf, bahkan kemasan produk-produk lain. Di waktu yang mepet itu, saya sempatkan membacai kemasan-kemasan itu, serta memotretnya. Jika tidak, tidak akan puas rasanya. Pergi kerja dengan mencemaskan sesuatu di rumah itu rasanya tak tenang, bukan? 😀 Ini dia pelakunya. Respons pertama saya yaitu, “Aduh, ini sih kebangetan. Apakah penulisan deskripsi semua produk Azarine separah ini?” Jadilah saya cek produk body serum Azarine dengan kemasan berwarna manis ini. Fatal. Fatal. Azarine benar-benar membutuhkan technical writer baru. Atau kalau sungkan menggantinya, rekrutlah editor. Atau bahkan Azarine sudah punya editor, tapi kesalahan setampak ini

Sad, but real. | Terjemahan dan Makna Lagu Glimpse of Us – Joji

Gambar
Satu hal yang membuatku tak bisa berkata-kata yaitu bahwasanya lirik lagu ini terasa begitu kejam dan tak berperasaan. Namun, di sisi lain, lagu ini juga sebenarnya sungguh manusiawi dan nyata. Kawan, simaklah catatanku tentang lagu ini.   --------------------   Mungkin pembaca lama yang sudah tahu preferensi saya dalam musik atau pembaca yang mengenal saya secara pribadi mengetahui bahwa saya tidak mudah terpikat dengan lagu-lagu yang rilis di atas tahun 2010. Namun, ada satu lagu yang tidak butuh dua menit mendengarkannya, saya sudah terpikat! Itulah dia, Glimpse of Us oleh Joji.   Saya dinilai sebagai orang yang tidak up-to-date . Ketika seorang sepupu laki-laki saya menyarankan saya mendengar Glimpse of Us oleh Joji, saya hanya bilang, “Joji bukannya orang yg pake kostum pink pink ga jelas itu? Ngapain dia bikin lagu? Pasti aneh.” Maklum, saya hanya tahu nama Joji sebagai manusia freak di balik The Pink Guy. Saat itu sepupu saya hanya membalas “Udahlah. Dengerin aja dulu.” Sepup

Resensi & Review Buku: The Comfort Book [Matt Haig]

Gambar
Kita semua tahu–baik secara teori maupun empiris–bahwa di titik-titik terendah dalam hidup kita, selalu ditemukan pelajaran-pelajaran dan hikmah yang tak akan kita temui jika kita tidak mengalami pengalaman buruk itu. Matt Haig dalam buku The Comfort Book ini menuliskan pelajaran-pelajaran yang sebagian besar ia dapatkan pada waktu-waktu sulit yang ia alami. Membaca buku ini terasa seperti membaca jurnal atau buku catatan yang isinya cukup random dan seinginnya penulisnya, atau dalam bahasa Jawa “ sak sir-e penulis ”. Bagi sebagian orang, buku ini mungkin membangkitkan ingatan atau trauma masa lalu mengingat adanya topik depresi dan suicide (bunuh diri) di sini. Tapi tenang saja, saya rasa tidak akan berakhir buruk, karena Matt Haig akan menuntunmu untuk memeluk ingatan dan trauma itu, kemudian hidup berdampingan dengan damai dengannya. Bagi sebagian yang lain, buku ini mungkin hanyalah rangkaian kalimat-kalimat dangkal yang mungkin sudah pernah terpikirkan atau sudah pernah dibaca. S