Postingan

Berangkat ke Titik Lain

Gambar
Terdapat sebuah teori menarik, yang sayangnya aku lupa siapa pencetus maupun naratornya. Katanya, titik nol sesungguhnya bukan titik awal. Kembali ke titik nol bukan berarti kembali ke titik awal di mana nol pula kegiatan ataupun pencapaiannya. Titik nol sejatinya adalah titik keseimbangan, di mana kamu tidak berada pada titik positif, maupun titik negatif. Memaksakan diri terus memanjat ke arah positif keseringan akan membuatmu malah jatuh terlelah di titik negatif. Entah itu dalam bentuk sakit, stres, atau depresi.  Kurasa sangat jarang aku bercerita secara lugas soal pribadiku di sini. Namun, biarkan aku kali ini. Seorang kawan berpendapat, mungkin ini merupakan tanda dan kesempatan bagiku untuk mengejar mimpi lain yang sempat tertunda. Kawan yang lain berkata, bahwa ia selalu melihatku bekerja keras sejak ia mengenalku. Ingatanku terbang ke masa lalu, di mana kawan-kawan mengunjungi tempatku bekerja dan menghabiskan beberapa jam nongkrong di kafe sebelah kantorku sambil menemaniku

Resensi & Reviu Buku: The Art of Living: Reflections on Mindfulness and the Overexamined Life [Grant Snider]

Gambar
Bagi saya, judul buku ini merupakan ekuivalensi dari frasa yang lebih lugas yaitu “ How to live as an introvert ”. Tidak lain, karena buku ini sungguh relatable bagi kaum introver pelamun, penikmat segala pengalaman rasa, momen, dan bentuk. Dengan persentase jumlah kata yang amat minim, buku ini dapat membawa siapa pun berkelana ke dalam pikiran seorang introver, serta meminjam mata seorang introver untuk melihat dunia. Kata “ overexamined ” pada judul sungguh bukan kata yang redundan nan mubazir. Dengan menikmati buku ini, kita tahu bahwa Penulis benar-benar telah menerapkan konsep mindfulness . Lebih dari itu, ia mengajak kita menerapkannya melalui tulisan serta ilustrasi-ilustrasi yang memicu pikir. Selamat menikmati reviu buku ini! 💗   Identitas Buku Judul                            : The Art of Living: Reflections on Mindfulness and the Overexamined Life Penulis                          : Grant Snider Tahun Terbit                : 2022 Penerbit                      

Kritik terhadap Standar Sosial serta Impian Manusia yang Terdistorsi | Analisis Lirik Lagu Californication oleh Red Hot Chili Peppers

Gambar
Sering terlihat bertelanjang dada dengan style berbusana yang agak ganjil itu cukup membuat saya berada di sisi luar lingkaran target pasar Red Hot Chili Peppers. Sampai tadi pagi, saya belum pernah mendengarkan satu pun lagu dari band yang dibentuk di Los Angeles ini. Sungguh tidak pernah dengan sengaja, hingga aku membaca sepucuk surel yang tiba di kotak masuk tadi pagi. Seorang anonim yang baik memintaku mengulas sebuah lagu.      Dengan niat setipis udara yang jika ditiup akan menghambur entah ke mana, kutuju Spotify dan mulai kuketikkan judul lagu itu. Oke, musik intro-nya cukup catchy dan enak didengar. Menyimak liriknya yang mengundang tanya, kulakukan sebuah riset kecil dengan membaca beberapa literatur. Tidak lupa, kutonton pula video musiknya. Ternyata mereka tidak seburuk itu, cukup artistik, meskipun style berpakaiannya (atau lebih tepat “ style tidak berpakaiannya”) tetap ganjil, haha. Dan dakwaan terakhir saya terhadap lagu ini beserta penulis liriknya adalah: Californ

On Rainy Days, Tangis yang Manis, serta Kenangan yang Dipaksa Habis

Gambar
Dulu sekali, sekitar tiga belas tahun yang lalu, seorang kakak kelas yang sangat karib memperdengarkan padaku music video lagu ini. Ia menyukai lagu-lagu yang berasal dari negeri ginseng itu sudah biasa. Yang tidak biasa adalah ia berhasil menunjukkan satu lagu yang dapat kuterima. Ya, On Rainy Days oleh boy band B2ST adalah satu-satunya lagu Korea yang kusukai. Hal ini cukup ganjil karena lagu-lagu populer Korea umumnya tidak masuk dalam seleraku. Bahkan, ketika seorang teman menunjukkan lagu oleh SHINee berjudul Sherlock pun (karena ia tahu aku penggemar detektif fiktif Sherlock Holmes), aku malah cenderung benci karena itu bukan seperti Sherlock yang aku tahu, haha.           Namun, Kawan, itu sungguh berbeda saat On Rainy Days melenggang sopan di telingaku. Dan detik itu, aku tidak tahu bahwa itu bukan menjadi titik balik di mana aku mulai menyukai lagu Korea, melainkan menjadikannya sebagai satu-satunya lagu Korea yang aku suka. Benar, Kawan, bukan salah satunya, melainkan satu