Postingan

Catatan Akhir Semester 6

Gambar
It’s been a tough semester, indeed. Setelah bergelut begitu lama dengan perkuliahan yang membuatku tidak sengaja menelantarkan blog ini selama lima bulan, aku sendiri pun bahkan tidak percaya akan kembali muncul disini. Ya, sekarang sudah liburan semester. Otakku mulai mencekokiku dengan kalimat-kalimat tidak wajar seperti, “Kamu lelah. Tenaga dan pikiranmu sudah terkuras sepanjang semester. Semester depan pun akan jauh lebih berat. Sudahlah, liburan ini tenangkan pikiran. Tidurlah saja.” Tentu saja, pikiran semacam itu membuat hati bimbang, resah gelisah, gundah gulana. Pasalnya, liburan semester genap kali ini bukan lagi 3 bulan, melainkan hanya sekitar 7 mingguan – tidak genap 2 bulan. Mengapa? Tentu saja karena aku harus melaksanakan KPL (Kajian dan Praktek Lapangan) di sekolah. I mean, yes, teaching in a real school for two months . Liburan – maksud hati ingin tidur, rileks maksimal, tapi bagian lain dari otakku memergoki keinginan itu, mencercaku, dan menghujanik...

Yang Buya Hamka Sampaikan Melalui “Tuan Direktur”

Gambar
Tuan Direktur merupakan buah karya Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa dikenal sebagai Buya Hamka – sesosok ulama sekaligus sastrawan Indonesia yang cukup prolifik. Tuan Direktur pertama kali diterbitkan pada tahun 1939 berupa cerita bersambung yang dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat. Sampai sekarang pun, Tuan Direktur ini masih banyak dibaca oleh segenap kalangan hingga ke negeri seberang. Tokoh utama dalam Tuan Direktur adalah Jazuli, seorang pemuda asal Banjarmasin yang merantau ke Surabaya untuk mencari peruntungan. Di buku ini dikisahkanlah perjalanan Jazuli yang merubah pribadinya dari orang rendah hati dan taat beragama menjadi orang yang sepenuhnya berbeda – serigala yang tamak harta. Selain Jazuli, Buya Hamka menghadirkan sosok Pak Yasin sebagai perbandingan Direktur Jazuli dalam menyikapi harta benda dan kenikmatan dunia. Tidak hanya yang berkaitan dengan nafsu materialistik, dibawah ini beberapa pesan yang Buya Hamka sampaikan melalui Tuan Dir...

Disequilibrium

Gambar
Say something to the breezing wind and the pouring rain To the cloudy skies and the dewy terrain Would those choices come back to greet me for the second time? Though I know they have already gone and never going to be offered to me again Even if your flooding tears becoming legend in history of men I know there is nothing anymore can be mend This disequilibrium, has always been sorrows that have no end Malang, 22 Desember 2018 with Green Day's songs in my headphones Pict. source

Masa Lalu untuk Masa Depan | #NovemberProject

Gambar
Apakah kau pernah menyadari berapa besar upaya orang-orang terdahulu mengabarkan kita tentang masa-masa lampau? Mencoba berkomunikasi dengan kita ketika raga tak mampu menyampaikan. Ah, usahlah kuberitahu. Kau pasti tahu pada zaman itu belum ada blog macam begini. Hikayat dari mulut ke mulut? Itu pasti berubah dari kisah aslinya. Karena, kau tahulah, setiap bibir ingin berkontribusi membumbuinya dengan imajinasi. Lalu mereka menemukan cara. Menghafalkan. Ketika umur dikira-kira hendak habis, baru dialihtahtakan ke generasi berikutnya yang dipercaya. Paling tidak itu mengurangi kemungkinan tercampur-aduknya berita. Tapi ternyata takdir tidak menyetujuinya. Banyak kasus menunjukkan bahwa maut kadang datang tidak disangka. Ah, padahal belum sempat cerita itu diturunkannya. Lalu satu cara lagi muncul. Yaitu dengan menuliskannya. Apa yang kau tahu tentang Cleopatra, ukiran hieroglif dalam gua, keberadaan suku Maya, atau bahkan tentang kejayaan Inggris zaman Vi...