Sembilan Detik
Sepulang kuliah sore ini, aku melihat sebuah adegan menarik. Adegan yang selama ini kusangsikan keberadaannya. Kegiatan sepeda motoran di tengah hujan kali ini terasa lebih bermakna ditemani setir oleng gara-gara ban bocor. Kata temanku, kalau ban depan yang bocor, kita harus mundur duduknya, di bagian belakang jok. Katanya, biar ban gak tambah bocor dan rusak. Aku tau bahwa dia sok tau. Tapi khusus untuk kondisi darurat yang mempertaruhkan nyawaku ini, aku rela memundurkan badan, duduk di bagian belakang jok sembari tetap memegang erat setirnya, dan tetap berkendara dengan gaya demikian sampai bengkel. *Kau tau, Kawan? Aku merasa seperti orang bodoh. 😑 Rasa bertemu pak tukang tambal ban ibaratkan sang pendosa bertemu guru, penjual koran bertemu pembeli, atau orang sakit bertemu dokter. Bahagia sekali! "Badhe nembel, Pak." kataku pada pahlawan sekaligus dokter sepeda motorku. "Nggih, monggo mriki.." katanya. Aku mempersilakan sepeda motorku masuk ke ru...