Tentang Tabiat Manusia, Kebencian, hingga Oedipus Rex
Tanpa saya sadari, saya semakin berjarak dengan blog ini. Yang mulanya menulis konten karena tidak ada kerjaan, sekarang hanya menulis jika benar-benar ada yang perlu dibicarakan. Ah, dimana-mana, semakin tua, kesan serius makin nampak. Padahal, siapa yang menginginkan itu terjadi? Oke, jadi benar. Ada hal yang ingin saya bagikan disini, sekarang, sebelum semuanya lenyap digerus otak saya yang lempeng, mudah lupa, makin tumpul disebabkan kebanyakan rebahan (a shout-out for COVID-19!). Dan kali ini saya ingin membicarakannya dengan santai. You too, grab a cup of tea . :) Beberapa hari lalu, tepatnya di hari H Idul Fitri, para kerabat dekat berkunjung ke kediaman saya, dan salah seorang melihat seonggok buku diatas bantal tidur saya. Buku itu bukan novel, melainkan kumpulan esai yang dibendel 471 halaman, dengan desain sampul unik khas orderan seorang budayawan. Dan memang, penulisnya tak lain dan tak bukan adalah seorang budayawan. Amat beken di masanya, dan buku ini...