Postingan

Tentang Tabiat Manusia, Kebencian, hingga Oedipus Rex

Gambar
Tanpa saya sadari, saya semakin berjarak dengan blog ini. Yang mulanya menulis konten karena tidak ada kerjaan, sekarang hanya menulis jika benar-benar ada yang perlu dibicarakan. Ah, dimana-mana, semakin tua, kesan serius makin nampak. Padahal, siapa yang menginginkan itu terjadi? Oke, jadi benar. Ada hal yang ingin saya bagikan disini, sekarang, sebelum semuanya lenyap digerus otak saya yang lempeng, mudah lupa, makin tumpul disebabkan kebanyakan rebahan (a shout-out for COVID-19!). Dan kali ini saya ingin membicarakannya dengan santai. You too, grab a cup of tea . :) Beberapa hari lalu, tepatnya di hari H Idul Fitri, para kerabat dekat berkunjung ke kediaman saya, dan salah seorang melihat seonggok buku diatas bantal tidur saya. Buku itu bukan novel, melainkan kumpulan esai yang dibendel 471 halaman, dengan desain sampul unik khas orderan seorang budayawan. Dan memang, penulisnya tak lain dan tak bukan adalah seorang budayawan. Amat beken di masanya, dan buku ini

Freedom, Liberty, and Our Journey

Gambar
It was a trip we had waited months for, only to see the sapphire sky, silvery sands, and glorious ocean tides. There was such a desire to just escape from life and its cacophony for a little while. And there we were, after a long journey, we found ourselves stepping our feet on the kingdom of barnacles, the starfish's homeland, with the crowds of crabs cheering upon us. Not long afterwards, we happened to be sitting next to each other, facing the borderless coast carpeted by endless vigorous waves. While savouring snacks and enjoying ourselves, we both stared at the rippling seas and the shorebirds flying above. Then I said, "I wonder how it feels to be a bird." "What do you mean?" "You know, to be free and liberated." Then he said something I would never forget, "It's really fascinating and enthralling indeed being free. However, you don't know what lies beneath the sea surface. Those birds might hunt for fish, but the bigger fi

What I Miss about KPL (Internship)

Gambar
Intinya sama saja, praktik mengajar di sekolah. Hanya namanya saja yang berubah-ubah. Kebetulan di masaku, namanya KPL (Kajian dan Praktik Lapangan). Sedikit menyesal, karena selama masa KPL terlalu suka membuat-buat alasan untuk tidak menulis di buku harian setiap hari. Alasan capek, ngantuk, dan yang paling telak adalah “Hari ini terlalu membosankan. Mau nulis apa?” atau “Hari ini terlalu sedikit momen pentingnya. Ga terlalu worth it .” Atau ketika dikasih hari yang menyenangkan, bilangnya “Hari ini terlalu indah. Momen-momen hari ini terlalu memorable sehingga ga mungkin terlupakan. Ga perlu ditulis ah, pasti ingat.” ----------------------- Sekarang baru tau rasa. Ketika flashback dan ingin mengenang masa itu, hanya bisa mengandalkan ingatan yang ‘sebatas itu’. Belum lagi kalau mau di-post di blog, harus difilter dulu mana cerita-cerita yang layak buat konsumsi umum. Hehe. Semakin sedikit bahan kan jadinya. :D Tapi dengan daya ingat yang pas-pasan dan rekaman-